Senin, 22 November 2010

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
1. PERTUMBUHAN INDIVIDU

A. Pengertian Individu
Individu berasal dari bahasa latin "individuum" yang artinya tak terbagi. Dalam ilmu sosial, paham individu menyangkut tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan di kehidupan manusia.

Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat terbagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan. Timbulnya diferensiasi bukan hanya pembawaan, tetapi melalui kaitan dengan dunia yang telah mempunyai sejarah dan peradabannya. hal ini memberikan keuntungan rohani bagi individu, seperti agama, adat istiadat dan kebiasaan, paham hukum-hukum, ilmu pengetahuan dan sebagainya. akan tetapi, betapapun besarnya pengaruh lingkungan sosial terhadap individu, manusia tetap memiliki watak dan sifat tertentu yang aktif ditengah-tengah masyarakat. 

Dapat disimpulkan bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga memiliki kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan yang memiliki tiga aspek yang melekat dalam diri manusia, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah dan aspek sosial kebersamaan, ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi.

Proses yang meningkatkan ciri-ciri individualitas seseorang sampai pada akhirnya sendiri disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. individu dibebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, maka muncul struktur masyarakat yang akan menentukan kemantapan masyarakat. Konflik mungkin terjadi karena pola tingkah laku spesifik dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut oleh masyarakat disekitarnya.

Individu dalam bertingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga kemungkinan yaitu: menyimpang dari norma, kolektif kehilangan individualitas atau takluk terhadap kolektif, dan mempengaruhi masyarakat seperti adanya tokoh pahlawan atau pengacau. Mencari titik optimum antara dua pola tingkah laku (sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat) dalam situasi yang senantiasa memberi konotasi "matang" atau "dewasa" dalam konteks sosial. Sebelum “baik” atau “tidak baik pengaruh individu terhadap masyarakat adalah relatif

B. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah suatu perubahan menuju ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa. Perubahan pada lazimnya disebut proses.

Menurut para ahli aliran asosiasi, pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi. Proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorang secara bertahap karena pengaruh baik dari pengalaman atau empiris luar melalui panca indera yang menimbulkan sensasi maupun pengalaman dalam mengenali keadaan batin sendiri yang menimbulkan refleksionis.

Menurut pendapat para ahli dari aliran psikologi gestalt, pertumbuhan adalah perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal suatu mengenal sesuatu secara keseluruhan kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada
Konsepsi aliran sosiologi menganggap bahwa pertumbuhan itu merupakan proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat mula-mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Dalam membahas pertumbuhan terdapat bermacam-macam aliran, namun pada garis besarnya dapat digolongkan menjadi tiga golongan:

* Pendirian Nativistik
Aliran nativistik berpendapat bahwa pertumbuhan individu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Para ahli dari golongan ini menunjukan berbagai kemiripan antara orangtua dengan anaknya. 

* Pendirian Empiristik dan Environmentalistik
Teori ini berlawanan dengan pendirian nativistik. Para ahli berpendapat bahwa pertumbuhan individu semata-mata tergantung pada lingkungan, sedangkan dasar tidak berperan sama sekali. Pendirian ini menolak dasar dalam pertumbuhan individu dan lebih jauh menekankan pada lingkungan dan konsekuensinya. Pendirian semacam ini disebut environmentalistik, sehingga dapat pula dikatakan bahwa pendirian ini merupakan kelanjutan dari paham empiristik. Menurut paham ini, dalam pertumbuhan individu baik dasar maupun lingkungan kedua-duanya memegang peranan penting. bakat atau dasar sebagai kemungkinan ada pada masing-masing individu namun bakat dan dasar yang dimiliki itu perlu diserasikan dengan lingkungan yang dapat tumbuh dengan baik. Disamping harus adanya dasar, juga harus dipertimbangkan masalah kematangan (readiness), misalnya anak yang normal berusia enam bulan, walaupun anak tersebut hidup diantara manusia lain, ada kemungkinan juga anak itu tidak dapat berjalan karena belum matang untuk melakukan hal itu.

* Pendirian Konvergensi dan Interaksionisme
Kebanyakan para ahli mengikuti aliran konvergensi dengan modifikasi seperlunya. Suatu modifikasi yang terkenal yang sering dianggap sebagai perkembangan yang lebih jauh dari konsepsi konvergensi adalah konsepsi interaksionalisme yang berpandangan dinamis yang menyatakan bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu.

D. Tahap Pertumbuhan Individu Berdasarkan Psikologi

Pertumbuhan individu sejak lahir sampai masa dewasa melalui beberapa fase sebagai berikut:

a) Masa vital
Pada masa vital ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Menurut Sigmund Freud, tahun pertama kehidupan individu itu disebut sebagai masa oral, karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan atau ketidaknikmatan. Pada tahun kedua, anak belajar berjalan, dan dengan belajar berjalan itu anak mulai belajar menguasai ruang.

b) Masa Estetik
Dianggap sebagai masa pertumbuhan rasa keindahan. Pertumbuhan utama dalam masa ini ialah fungsi panca indera. Dalam masa ini pula muncul gejala kenakalan yang umumnya terjadi pada anak usia 3-5 tahun. Anak sering menentang kehendak orangtua atau kadang-kadang berkata kasar, dengan sengaja melanggar apa yang dilarang, dan tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Kenakalan tersebut terjadi karena mulai adanya kesadaran pada anak bahwa dirinya sebagai subjek. Melainkan ingin merasakan dan mengalami akibatnya.

c) Masa Intelektual (masa keserasian bersekolah)
Ada beberapa sifat khas pada anak-anak di masa ini, antara lain:
- adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah
- sikap tunduk pada peraturan-peraturan, permainan tradisional
- adanya kecenderungan memuji diri sendiri
- jika tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal tersebut akan dianggap tidak penting
- senang membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, bila hal itu menguntungkan, maka akan ada kecenderungan untuk meremehkan anak lain
- adanya minat pada kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit
- amat realistik, ingin tahu, ingin belajar
- gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama.

Masa keserasian bersekolah diakhiri dengan suatu masa pueral. Sifat khas anak-anak pada masa pueral ini dapat diringkas dalam dua hal: 
- Ditujukan untuk berkuasa yang menimbulkan tingkah laku dari perbuatan yang ditujukan berkuasa, apa yang diinginkan,  diidamkan adalah sekuat, sejujur, semenang dan seterusnya
- Tingkah laku ekstrovers yaitu perbuatan yang berorientasi keluar dirinya, yang dapat mendorong untuk menyaksikan keadaan-keadaan dunia diluar dirinya dan untuk mencari teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan psikisnya. Terdapat dorongan bersaing yang besar sehingga dalam persaingan itulah anak-anak puer mendapatkan sosialisasi lebih lanjut.
Suatu hal yang penting pada masa ini adalah anak mampu menerima otoritas orangtua dan guru sebagai suatu hal yang wajar maka pada diri anak-anak ini mengharapkan adanya sikap yang objektif dan adil pada orangtua dan guru.

d) Masa Sosial
Pada dasarnya, masa ini masih dirinci lagi kedalam beberapa masa, yaitu:
* Masa Pra-remaja
Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental sehingga disebut juga masa negatif. Negatif dalam sikap sosial baik dalam bentuk pasif maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat. Terjadinya gejala negatif itu berpangkal pada biologis, yaitu mulai bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin yang dapat membawa perubahan-perubahan cepat dalam dirinya
* Masa Remaja
Sebagai gejala pada masa ini adalah merindu puja. Dalam fase ini, untuk pertama kalinya remaja sadar akan kesepian yang tidak pernah dialaminya pada masa-masa sebelumnya.
Proses terbentuknya pendirian hidup atau cita-cita dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup dalam eksplorasi si remaja, proses tersebut melewati tiga langkah, yaitu:
1.             Karena tidak adanya pedoman hingga mereka merindukan sesuatu yang dapat dianggap bernilai. Pada tarf ini, sesuatu yang dipuja itu belum mempunyai bentuk tertentu sehingga seringkali mereka hanya tahu bahwa mereka itu menginginkan sesuatu, tetapi tidak tahu apa yang diinginkannya itu.
2.             Objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas yaitu pribadi-pribadi yang dipandangnya mendukung nilai-nilai tertentu. Dalam pemujaan terhadap orang-orang tertentu ini umumnya terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
3.             Para remaja lebih dapat menghargai nilai-nilai lepas dari pendukungnya, nilai dapat ditangkap dan di fahaminya sebagai sesuatu yang abstrak. Oleh karena itu, pada saat ini remaja mulai dapat menentukan pilihan atau pemikiran hidupnya. Setelah mereka dapat menentukan pendirian hidup, dan telah terpenuhi tugas-tugas pertumbuhan masa remaja berarti mereka telah mencapai masa remaja akhir dan mulailah individu memasuki masa dewasa awal.
* Masa Usia Mahasiswa
Masa usia mahasiswa dapat digolongkan pemuda-pemudi yang berusia 18-30 tahun. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada masa usia mahasiswa, antara lain yaitu tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini adalah pemantapan pendirian hidup, yaitu pengujian lebih lanjut serta penyiapan diri dengan keterampilan dan kemampuan yang digunakan untuk merealisasikan pilihan hidup yang telah dipilihnya. 

Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yang melatarbelakanginya, karena dari sinilah kita baru bisa memahami manusia, kehadiran individu dalam suatu masyarakat biasanya ditandai oleh prilaku individu yang berusaha menempatkan dirinya di hadapan individu-individu lainnya yang telah mempunyai pola perilaku yang sesuai dengan norma-norma. Disini individu akan berusaha memproses dirinya untuk membentuk perilaku yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang ada. Perilaku yang telah ada pada dirinya bisa adjustable, artinya ia bisa menyesuaikan diri. Namun ia juga bisa mengalami maladjustment, artinya gagal menyesuaikan diri.


2. FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

Keluarga adalah suatu unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini disebut juga primary group, yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadian dalam masyarakat.
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan didalam atau oleh keluarga itu. Pekerjaan/tugas itu dapat digolongkan dalam beberapa fungsi, antara lain:
a). Fungsi Biologis
Dengan fungsi ini diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan perkawinan bagi anak-anaknya, karena dengan perkawinan akan terjadi proses kelangsungan keturunan. Persiapan perkawinan yang perlu dipersiapkan antaralain berupa pengetahuan tentang kehidupan sex bagi suami-isteri, pengetahuan mengatur rumah tangga bagi sang isteri, kewajiban dan tugas sebagai seorang suami dan lain-lain. Keharmonisan rumah tangga akan membawa pengaruh yang baik bagi kehidupan bermasyarakat.
b). Fungsi Pemeliharaan
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya terlindung dari berbagai macam gangguan. Bila dalam keluarga fungsi ini sudah dijalankan dengan sebaik-baiknya maka akan membantu terpeliharanya keamanan dalam masyarakat sehingga terwujud suatu masyarakat yang terhindar dari segala gangguan apapun yang terjadi.
c). Fungsi Ekonomi
Keluarga berusaha memenuhi kebutuhan keluarga yang pokok, antara lain:
- kebutuhan pangan; makan dan minum untuk hidup
- kebutuhan sandang; pakaian untuk menutupi tubuhnya
- kebutuhan papan; rumah untuk tempat tinggal
- kebutuhan jasmaniah; seperti perlengkapan hidup, peralatan sekolah, mainan anak, dll
d). Fungsi Keagamaan
Dengan pedoman dasar Pancasila, keluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian akan tercermin bentuk masyarakat yang Pancasila apabila semua keluarga melaksanakan P4 dan fungsi ini.
e). Fungsi Sosial
Keluarga mempersiapkan bekal selengkapnya kepada anak-anaknya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan yang diharapkan akan mereka jalankan kelak. Dengan demikian akan terjadi pula proses sosialisasi. Melalui fungsi sosial, diharapkan keluarga akan mewarisi nilai-nilai kebudayaan yang telah dimiliki generasi sebelumnya, seperti sopan santun, bertutur kata yang baik, cara bertingkah laku.

Dalam buku Ilmu Sosial Dasar karangan Drs. Soewaryo Wangsanegara dikatakan bahwa fungsi keluarga meliputi beberapa hal berikut:

·                     Pembentukan kepribadian. Dalam lingkungan keluarga, para orangtua meletakan dasar-dasar kepribadian pada anaknya. Sebagai contoh, anak dari keluarga suku Jawa atau Sunda bila menerima pemberian dari seseorang harus menggunakan tangan kanan, bila menggunakan tangan kiri, pemberian itu ditarik surut kembali. Tindakan semacam ini merupakan suatu proses mendidik dan membentuk kepribadian dengan penuh kesadaran dan terencana. Pengalaman interaksi sosial dalam lingkungan keluarga merupakan suatu modal dasar dalam membentuk kepribadian, dan turut pula menentukan tingkah laku seseorang terhadap orang lain dalam pergaulan diluar lingkungan keluarga.
·                     Keluarga juga berfungsi sebagai alat reproduksi kepribadian yang berakar dari etika, estetika, moral keagamaan dan kebudayaan yang berkorelasi fungsional dengan sebuah struktur masyarakat tertentu. Contohnya, keluarga seniman di Bali, mewariskan keterampilan seni-nya kepada keturunannya.
·                     Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat, sebagai jenjang dan perantara utama dalam transmisi kebudayaan. Semakin maju dan dinamis suatu kelompok masayarakat, makin memerlukan lembaga formal maupun nonformal sebagai perantara dalam transmisi kebudayaan, peranan keluarga jadi berkurang.
·                     Keluarga berfungsi sebagai lembaga perkumpulan perekonomian. Pada kelompok masyarakat yang lebih kompleks tapi belum masuk era industri, perekonomian mereka sudah mulai berkembang. Namun, ikatan kekeluargaan masih terjalin kuat dan sering mempengaruhi bidang perekonomian mereka.
·                     Keluarga berfungsi sebagai pusat pengasuhan dan pendidikan. dalam lingkungan masyarakat primitif, untuk keperluan pengasuhan dan pendidikan anak-anak, dibangun balai pendidikan. Dalam masa pendidikan, anak laki-laki dan perempuan memiliki tempat sendiri-sendiri. Pelaksanaan pendidikan anak laki-laki ditangani oleh ayah atau paman dari pihak ayah, sedangkan pendidikan anak perempuan biasanya ditangani oleh bibi dari pihak ibu.
Pengasuhan dan pendidikan anak perempuan lebih dititikberatkan pada penguasaan tata cara kehidupan dalam rumah tangga. selain itu diajarkan pula bagaimana mencari dan mengambil air dan bekerja di ladang. Sistem pendidikan semacam ini berlaku dalam lingkungan masyarakat suku pedalaman atau pesisir di Irian Jaya sebelum tahun 1960-an.

3. INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
Individu
Individu berasal dari bahasa latin "individuum" yang artinya tak terbagi. 
Keluarga
* Sigmund Freud : Keluarga terbentuk karena adanya perkawinan antara pria dan wanita berdasarkan libido seksualis
* Durkheim : Keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor politik, ekonomi, lingkungan
* Ki Hadjar Dewantara : keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.

Masyarakat
Drs. JBAF Mayor Polak : masyarakat (society) adalah wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dan tiap kelompok terdiri atas kelompok-kelompok yang baik atau sub kelompok
Prof. M.M. Djojodiguno : masyarakat adalah suatu kebulatan daripada suatu perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia
Hasan Sadly : masyarakat adalah suatu keadaan badan atau kumpulan manusia yang hidup bersama

Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat dapat digolonngkan menjadimasyarakat sederhana
 dan masyarakat maju (modern). Pola pembagian kerja pada masyarakat sederhana (primitif) cenderung dibedakan menurut jenis kelaminnya. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial atau organisasi kemasyarakatan yang tumbuh berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai.

Dalam lingkungan masyarakat maju, dapat digolongkan kedalam 2 jenis, yakni:
a)Masyarakat non-industri
- Primary group; interaksi antar anggota terjalin lebih intensif dan akrab.
contoh: keluarga, kelompok belajar, rukun tetangga
- Secondary group; antar anggota kelompok terpaut hubungan tak langsung, formal dan kurang bersifat kekeluargaan. contoh: partai politik, perhimpunan serikat kerja, organisasi profesi dll.
b)         MasyarakatIndustri
Durkheim menggunakan variasi pembagian kerja sebagai dasar untuk mengklasifikasikan masyarakat sesuai dengan taraf perkembangannya. Jika pembagian kerja semakin kompleks, maka kapasitas masayarakat semakin tinggi. Contoh: tukang roti, tukang sepatu, tukang las.

4. HUBUNGAN ANTARA INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
Manusia adalah makhluk individu. Untuk menjadi makhluk individu yang lebih mandiri diperlukan proses pemantapan dalam pergaulan di lingkungan keluarga pada tahap pertama. karakter yang khas itu terbentuk dalam lingkungan keluarga secara bertahap dan akan mengendap melalui sentuhan interaksi etika, estetika, moral dan agama.
Individu perseorangan berarti individu yang sedang dalam keadaan memutuskan hubungannya dengan alam sekitarnya, khususnya masyarakat. Sedangkan individu sebagai makhluk sosial yaitu individu yang sedang mengadakan hubungan dengan alam sekitarnya.
Manusia dengan sadar menghubungkan sikap tingkah laku dan perbuatannya dengan individu-individu lain sehingga terbentuklah kelompok besar yang disebut masyarakat.

Desa merupakan suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Unsur-unsur desa:
-Daerah
-Penduduk
-Tata kehidupan
- Letak umumnya jauh dari pusat keramaian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar